Sampoerna (HMSP) & Gudang Garam (GGRM) Keliatan Berhati-hati

Beberapa perusahaan rokok, seperti PT HM Sampoerna Tbk (HMSP) dan PT Gudang Garam Tbk (GGRM), dinilai relatif lambat dalam menyesuaikan harga jual rata-rata (average selling price/ASP) pada kuartal II-2024 untuk mengimbangi kenaikan cukai tahun 2025 sebesar 10%.

MNC Sekuritas mencatat, target penerimaan cukai dalam rancangan anggaran pendapatan dan belanja negara (RAPBN) 2025 mencapai Rp 244,2 triliun. Namun, target tersebut turun 0,8% yoy dibandingkan RAPBN 2024 yang sebesar Rp 246,1 triliun.

Sekilas, itu menunjukkan bahwa tidak akan ada perubahan dalam cukai hasil tembakau (CHT) untuk tahun fiskal 2025. Namun, masih mengantisipasi adanya kenaikan cukai hasil tembakau untuk segmen SPM (sigaret putih mesin) dan SKM (sigaret kretek mesin). Sedangkan segmen SKT (sigaret kretek tangan) tidak berubah.

MNC Sekuritas menetapkan skenario kenaikan cukai untuk tahun anggaran 2025/2026, yaitu SPM 5%, SKM 5%, dan SKT 0% alias tidak berubah. Hal itu bakal makin menekan profitabilitas emiten rokok seperti HM Sampoerna (HMSP) dan Gudang Garam (GGRM) ke depannya.

Dengan berbagai faktor yang ada, MNC Sekuritas menurunkan peringkat sektor tembakau/rokok menjadi netral menilai HMSP masih memiliki penyangga, karena kontribusi segmen SKT yang tinggi mencapai 31%. Sedangkan di GGRM kontribusinya sekitar 8%.

MNC Sekuritas merekomendasikan hold saham HM Sampoerna (HMSP) dengan target harga Rp 800. Sedangkan rekomendasi untuk saham Gudang Garam (GGRM) adalah sell dengan target harga Rp 14.100.

HMSP telah meluncurkan VEEV (e-vapor) yang membidik pasar rokok elektrik. Langkah tersebut makin memperkuat ekosistem produk bebas asap di samping IQOS. Inisiatif bisnis itu dinilai positif, terutama bagi konsumen kelas menengah ke atas dengan daya beli stabil.

Sisi positifnya termasuk penyesuaian harga jual rata-rata (ASP) yang signifikan untuk mengimbangi kenaikan cukai, bersamaan dengan penguatan daya beli konsumen.